Kamis, 20 November 2014

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

BAB I
PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MEDIS
a.       Definisi
         Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.


Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak.
Menurut WHO (1997) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
  • Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
  • Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
b.      Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
1.      Trombusis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2.      Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain)
3.      Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4.      Hemoragi serebral  (pecahnya pembulih darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Faktor risiko pada stroke
o   Hipertensi  : faktor resiko utama, pengendalian hipertensi adalah kunciuntuk mencegah stroke
o   Penyakit kardiovaskular ; embolisme serebral berasal dari jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri.
o   Kolesterol tinggi
o   Obesitas
o   Diabetes
o   Merokok
c.       Patofisiologi
Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga supplay darah ke otak berkurang.
Tekanan yang tinggi seringkali menyebabkan kerusakan  dipembuluh darah terutama di otak yang di ikuti oleh kematian  pada sebagian besar otak. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau berbagai gangguan otak serius lainnya.
Secara umum ganguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral. Merupakan gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral. Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi merupakan kumpulan tanda dan gejala dari beberapa penyakit diantaranya ; hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus, dan penyakit vaskuler perifer.
Penyebab utama stroke berdasarkan urutan adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang dapat menimbulkan perdarahan intraserebral dan rupture aneurisme sakuler. Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang mengalami proliferasi.

d.      Manifestasi Klinis
o   Hemiplegia pada salah satu sisi
o   Hemiparese/paralisis kelemahan salah satu sisi tubuh
o   Disartria (kesulitan bicara)
o   Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)
o   Nyeri kepala hebat
o   Hilang kesadaran       

e.       Komplikasi
o   Hipoksia serebral
o   Penurunan aliran darah serebral
o   Embolisme serebral
o   Disritmia
f.       Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
  1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
  2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
  3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak
  4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu
g.      Penatalaksanaan
o   Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi pemberian diuretik, antikoagulan
o   Stroke diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan
o   Stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsang eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum. Dapat dilakukan tinadaka-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intrakranium.
h.      Prognosis
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat kesadaran
• Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik.
• Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka panjang.
• Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan.

Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung pada ukuran hematoma ,hematoma yang ukurannya > 3 cm umumnya mortalitasnya besar, ika infark terjadi pada spinal cord , prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan neurologis,jika control motorik dan sensasi nyeri terganggu maka prognosisnya tidak baik.

i.        Pencegahan
Mengetahui faktor resiko stroke dan mengadopsi gaya hidup sehat merupakan langkah terbaik yang dapat anda ambil untuk mencegah stroke. Yang di maksud gaya hidup sehat adalah sebagai berikut :
1. Kontrol Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Salah satu hal yang terpenting yang dapat anda lakukan untuk mengurangi resiko stroke adalah menjaga tekanan darah. Jika anda pernah mengalami stroke tekanan darah dapat membantu mencegah serangan transient ischemic berikutnya atau stroke. Berolahraga, mengelola stress, menjaga berat badan ideal, dan membatasi asupan natrium dan alkohol. Selain rekomendasi untuk perubahan gaya hidup, dokter Anda bisa merespon obat untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti diuretik ACE (angiotensin-coverting enzyme) inhibitor dan angiotensin reseptor blocker.
2. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh
Mengurangi konsumsi kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh, berarti mengurangi juga plak pada arteri Anda. Jika Anda tidak dapat mengendalikan sendiri kolesterol melalui perubahan pola makan, dokter anda akan meresepkan obat penurun kolesterol.
3. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi resiko stroke.
4. Kontrol Diabetes. Anda dapat mengelola diabetes dengan diet, olahraga, pengendalian berat badan dan pengobatan. Kontrol ketat gula darah dapat mengurangi kerusakan otak.
5. Menjaga berat badan. Kelebihan berat badan bisa menambah faktor resiko stroke seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes.
6. Olahraga secara teratur.
7. Kelola stres, Stres dapat dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam tekanan darah atau hipertensi yang bertahan lama. Stres juga dapat meningkatan kecendrungan darah membeku, yang dapat meningkatkan resiko stroke iskemik. Anda bisa menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi stres.
8. Jauhkan minuman beralkohol. Minum minuman yang mengandung alkohol dapat meningkatkan tekanan darah tinggi, stroke iskemik dan pendarahan.
9. Jangan gunakan obat-obatan terlarang.
10. Lakukan diet pola makan sehat.











BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.         Identitas Klien
2.          Anamnesis
a.       Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai macam gejala, diantaranya:
a)   Nyeri kepala
b)   Kejang, pingsan, gerakan aneh
c)   Pening atau vertigo
d)  Masalah penglihatan
e)   Kelainan pengdiuman atau penglihatan
f)    Kesulitan berbicara
g)   Kesulitan menelan
h)   Kesulitan berjalan
i)     Ekstremitas lemah
j)     Gangguan sensori
k)   Gerakan involunter dan tremor
l)     Masalaha pengendalian sfinkter (buang air besar atau kecil)
m) Gangguan fungsi mental luhur, seperti bingung atau perubahan kepribadian
b.      Riwayat penyakit dahulu
a)   Adakah penyakit gangguan neurolohis lainnya ?
b)   Adakah riwayat penyakit sistemik, khususnya kelainan kardiovaskuler ?
c.       Riwayat keluarga
a)   Adakah riwayat penyakit neurologis dalam keluarga?
d.      Pemeriksaan fisik
a)   Bagaimana tingkat kesadaran pasien, tentukan dengan skor koma Glasgow
b)   Pandanglah pasien, apakah ada kelainan postur yang jelas, pengecilan otot atau tremor?
c)   Periksa ekstremitas atas
·   Lakukan inspeksi untuk mencari pengecilan otot yang jelas, tremor, fasikulasi, deformitas, dan perubahan warna kulit.
·   Periksa kekuatan, bandingkan kedua lengan. Gunakan skala MRC :
0 =lumpuh sempurna
1 =masih terlihat kontraksi
2 =gerak aktif tanpa gravitasi
3 =bergerak melawan arah
4= bergerak melawan tahanan
5= kekuatan normal
·   Periksa koordinasi dengan tes telunjuk-hidung, gerak cepat jari-jari, gerak cepat bergantian (jika ada kesulitan = disdiadokokinesis pada gangguan serebelum)
·   Periksa reflek dengan ketukan biseps, triseps dan supinator
·   Periksa sensasi. Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan reaksi panas/dingin.
d)  Periksa ekstremitas bawah
·   Lakukan inspkesi
·   Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi.
·   Periksa koordinasi
·   Periksa sensasi
e)   Periksa saraf kranial
·   Olfaktorius, periksa sensasi penghidu di kedua lubang hidung
·   Optikus, periksa ketajaman penglihatan, periksa lapang pandang, periksa reaksi cahaya langsung dan tak langsung serta akomodasi
·   Okulomotorius, troklearis, dan abdusen, Cari adanya ptosis (sebelah atau kedua kelopak mata menutup)
·   Periksa adanya nigtagmus, tanyakan adanya penglihatan ganda .
·   Trigeminus, Periksa sensasi wajah terhada raba halus dan tusuk jarum.
·   Periksa kekuatan otot pengunyah dna temporalis
·   Tes reflek kornea
·   Tes ketuk rahang
·   Fasialis, Periksa oto otot ekspresi wajah (angkat alis, tutup mata kuat kuat, tunjukan gigi)
·   Vesibulokoklearis, Tes pendengaran, lakukan tes rine dan tes weber
·   Tes keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan sepanjang garis lurus)
·   Vagus dan glosofaringeus, Periksa gerak palatum
·   Periks reflek muntah dan batuk
·   Aksesorius, Periksa kekuatan otot sternomastoideus dan mengangkat bahu
·   Hipoglosus, Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot, fasikulasi dan uji kekuatan
f)    Tes fungsi mental luhur
·   Nilailah kemampuan berbicara
·   Periksa ingatan
·   Nilailah kemampuan pemahaman (Sumber : jonathan Gleadle)

b.      Diagnosa  dan Intervensi Keperawatan
1.      Perfusi jaringan, Perubahan, Serebral
Criteria evaluasi :
-          Mendemonstrasikan ttv stabil dan tidak adanya tanda-tanda penigkatan TIK
Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi / kekambuhan deficit
Intervensi :
-          Tentukan factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab khusus selama koma / penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK.
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan/ kemunduran tanda/gejala neurologis atau kegagalan memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan dan/atau pasien harus dipindahkan ke ruang perawatan kritis (ICU) untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK
-          Pantau/ catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya / standar
Rasional : mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan kemajuan / resolusi kerusakan SSP. Dapat menunjukkan TIA yang merupakan tanda terjadi thrombosis CVS baru.
Mandiri :
-          Pantau ttv, seperti catat:
·         Adanya hipertensi /hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan
Rasional : variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/trauma serebral pada daerah vasomotor otak.
·         Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adanya mur mur
Rasional : perubahan terutama adanya bradikardia dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak.
·         Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode apnea setelah pernapasan hiperventilasi, pernapasan Cheyne-Stokes
Rasional : ketidakteraturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/ peningkatan TIK dan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya dukungan terhadap pernapasan.
-          Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan, dan reaksinya terhadap cahaya
Rasional : reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III) dan berguna dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik.
-          Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi
Rasional : gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan
-          Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara
Rasional : perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indicator dari lokasi/derajat gangguan serebral dan mungkin mengindikasikan penurunan//peningkatan TIK
-          Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral)
Rasional : menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral
-          Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang; batasi pengunjung/aktivitas pasien sesuai indikasi.
Rasional : aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkna TIK.
-          Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dan pernapasan yang memaksa (batuk terus menerus)
Rasional : maneuver Valsalva dapat meningkatkan TIK dan memperbesar risiko terjadinya  perdarahan

Kolaborasi
-          Barikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema
-          Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa protrombin, kadar dilantin
Rasional : memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/kadar terapeutik
2.      Mobilitas fisik, kerusakan
Criteria evaluasi :
-          Memepertahannkan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdrop
-          Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi
-          Mendemonstrasikan teknik/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi
-          Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
-          Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
-          Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.
-          Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dsb dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
-          Letakkan pada posisi telengkup satu kali atau dua kali sehari jika pasien dapat mentoleransinya
Rasional : membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional
-          Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat masuk.
Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
-          Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki selama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral
Rasonal : mencegah kontraktur dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi kembali.
-          Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi tegak, sesuai indikasi
Rasional : selama paralis flaksid, penggunaan penyangga dapat menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan sindrom bahu lengan
-          Evaluasi penggunaan dari/kebutuhan alat bantu untuk oengaturan posisi dan / atau pembalut selama periode paralisis spastic
Rasional : kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih kuat disbandingkan dengan otot ekstensor
-          Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan
Rasional : mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
-          Tinggikan kepala dan tangan
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema
-          Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ektensi
Rasional : mempertahankan posisi fungsional
-          Pertahankan kaki dalam posisi netral dengan gulungan/bantalan trokanter
Rasional : mencegah rotasi eksternal pada pinggul
-          Gunakan papan kaki secara berganti, jika memungkinkan
Rasional : penggunaan yang kontinu (setelah perubahan dari paralisis flaksid ke spastic) dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada sendi peluru kaki, meningkatkan spastisitas, dan secara nyata meningkatkan fleksi plantar
Kolaborasi
-          Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara atif, latihan resistif dan ambulasi pasien
Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti / menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi dan kekuatan

3.      Komunikasi, kerusakan, verbal, dan / atau (tertulis)
Kriteri hasil :
-          Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
-          Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
-          Menggunakan sumber – sumber dengan tepat
Intervensi :
-          Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi
-          Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
Rasional : pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata
-          Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata”, “tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
-          Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik, seperti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.
Kolaborasi :
-          Konsultasikan dengan / rujuk kepada ahli terapi wicara
Rasional : pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan terapi

4.      Perubahan persepsi – sensori
Criteria hasil :
-          Memulai/ mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perceptual
-          Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual
-          Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi perilaku untuk mengkompensasi terhadap/deficit hasil
Intervensi:
-          Evaluasi adanya gangguan penglihatan. Catat adanya penurunan lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi, adanya diplopia
Rasional : munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negative terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan motorik dan meningkatkan resiko terjadinya cidera
-          Dekati pasien dari daerah penglihatan yang yang normal. Biarkan lampu menyala ; letakkan benda dalam jangkauan lapang penglihatan yang normal. Tutup mata yang sakit jika perlu
Rasional : pemberian pengenalan terhadap adanya orang/ benda dapat membantu masalah persepsi; mencegah pasien dari terkejut
-          Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan
Rasional : menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan; menurunkan resiko terjadinya kecelakaan
-          Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian
Rasional : penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan / posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma
-          Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti berikan pasien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan pasien menyentuh dinding / batas-batas yang lainnya.
Rasional : membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi stimulasi

5.      Kurang pengetahuan
Criteria hasil :
-          Berpartisipasi dalam proses belajar
-          Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan terapeutik
-          Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi :
-          Evaluasi tipe/derajat dari gangguan persepsi sensori
Rasional : deficit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi / kompleksitas instruksi
-          Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu
Rasional : membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
-          Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana/kemungkinan melakukan kembali aktivitas
Rasional : meningkatkan pemahaman, memberikan harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari keterbatasan hidup secara normal
-          Tinjau ulang/ pertegas kembali pengobatan yang diberikan. Identifikasi cara meneruskan program setelah pulang
Rasional : aktivitas yang dianjurkan, pembatasan dan kebutuhan obat/terapi dibuat pada dasar pendekatan interdisiplin terkoordinasi. Mengikuti cara tersebut merupakan suatu hal penting pada kemajuan pemulihan / pencegahan komplikasi
-          Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Rasional : berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan/perlu direncanakan berdasarkan pada kebutuhan secara individual
-          Berikan instruksi dan jadwal tertulis mengenai aktivitas, pengobatan dan factor-faktor penting lainnya
Rasional : memberikan penguatan visual dan sumber rujukan setelah sembuh
-          Rekomendasikan pasien untuk meminta bantuan dalam proses pemecahan masalah dan memvalidasi keputusan, sesuai kebutuhan
Rasional : beberapa pasien mungkin mengalami gangguan dalam cara pengambilan keputusan yang memanjang dan berperilaku impulsive, kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan keputusan yang dibuatnya.
6.      Kurang perawatan diri
Criteria hasil :
-          Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
-          Melakukan aktivitas perawatan dalam tingkat kemampuan sendiri
-          Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervesi :
-          Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
Rasional : membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
-          Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : pasien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
-          Sadari perilaku/aktivitas impulsive karena gangguan dalam mengambil keputusan
Rasional : dapat menunjukkan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatkan keamanan pasien
-          Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya
Rasional : pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberian asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten
-          Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya
Rasional : meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinu
Kolaborasi :
-          Konsultasikan dengan ahli fisioterapi / ahli terapi okupasi
Rasional: memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
7.      Harga diri, gangguan
Criteria hasil :
-          Bicara/ berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi
-          Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi
-          Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negative
Intervensi :
-          Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuannya
Rasional : penentuan factor – factor secara individu membantu dalam mengembangkan perencanaan asuhan/pilihan intervensi
-          Identifikasi arti dari kehilangan/ disfungsi / perubahan pada pasien
Rasional : kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan mengatasi kekurangannya
-          Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaanya termasuk rasa bermusuhan dan perasaan marah.
Rasional : mendemonstrasikan penerimaan/membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan ini
-          Catat apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengingkari daerah tersebut dan mengatakan hal tersebut telah mati
Rasional : menunjukkan penolakan terhadap bagian tubuh tertentu/perasaan negative terhadap citra tubuh dan kemampuan, menandakan perlunya intervensi dan dukungan emosional
-          Tekankan keberhasilan kecil sekalipun baik mengenai penyembuhan fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien.
Rasional : mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan adanya perkembangan
-          Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
Rasional : mambantu peningkatan rasa harga diri dan control atas salah satu bagian kehidupan.
-          Berikan dukungan terhadap perilaku / usaha seperti peningkatan minat/ partisipasi pasien dalam kegiatan rehabilitasi
Rasional : mengisyaratkan kemampuan adaptasi untuk mengubah dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya
Kolaborasi :
-          Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/atau konseling sesuai kebutuhan
Rasional : dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk perasaan/merasa menjadi orang yang produktif
8.      Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan
Tujuan :          Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.
Intervensi :
-    Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional :    Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
-    Beri informasi mengenai penyakit pasien dan penanganannya.
  Rasional :  Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
-    Dorong pasien  mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai penyakit pasien.
Rasional :    Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
-    Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.
Rasional :    Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya penyakit pasien.
-    Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
Rasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini..
-    Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
Rasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.

c.       Evaluasi
1.      tidak adanya tanda-tanda penigkatan TIK,menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi / kekambuhan deficit
2.      tidak adanya kontraktur, footdrop meningkatnya kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi dan mempertahankan integritas kulit.
3.      paham tentang masalah komunikasi
4.      mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perceptual
5.      Berpartisipasi dalam proses belajar,mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan terapeutik,memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.
6.      mengubah gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri,melakukan aktivitas perawatan dalam tingkat kemampuan sendiri
7.      berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi ,mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi,mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negative.


















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan  Pedoman untuk Perencanaan  dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Brae. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.         
Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Voluma 2, Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Jakarta : EGC

http://medlinux.blogspot.com/2008/07/stroke.html