Kamis, 04 Desember 2014

OTHEMATOMA_gallerywalk

BAB I
KONSEP MEDIS
A.    Defenisi
Hematoma adalah koleksi (kumpulan) darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan.
Hematoma aurikuler adalah hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikondrium dan kartilago.. Perdarahan daun telinga yang diikuti oleh pembengkakan dan orang yang beresiko 40% pada atlet.
B.     Epidemiologi
           Hematoma biasanya terjadi pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan yang melibatkan kekerasan, namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. 40% berpeluang terjadi pada atlet. Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia sekitar 22 laki-laki (100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang (90%) sedang penderita diatas 50 hanya tahun 1 orang (5%) (Sosialisman, dkk. 2007).
Othematom berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.Sedang Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka.Lima orang (25%) menderita perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya 16%. Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%) (Sosialisman, dkk. 2007).
A.    Etiologi
           Hematoma aurikurel biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Dimana taruma ini biasanya terjadi olahraga yang berhubungan dengan kekerasan seperti tinju. Dengan adanya taruma ini bisa menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium dan kartilago. Jika terjadi penimbunan darah pada daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massaa berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini bias menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi perubahan bentuk telinga. Selain karena trauma, hematoma aurikula bisa juga disebabkan karena gigitan serangga. Dimana gigitan serangga ini dapat menembus pembuluh darah dan dapat merusak pembuluh darah yang ada di daun telinga sehingga bisa terjadi hematoma aurikula.
B.     Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Buckingham R.A, 2004).
Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah pengaruh stimulus – stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut.Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti.Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut.Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi yang irreversible pada jaringan (Buckingham R.A, 2004).
C.     Manifestasi klinis
1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).
3. Ada/tidak ada rasa nyeri.
4. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
5. Ada rasa panas.
6. Kemerahan.
7. Benjolan di aurikula (daun telinga).
8. Fluktuasi/ kenyal
D.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan dengan Garpu Tala
Pada tes dengan garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural. Tes Batas Atas & Batas Bawah : Hasilnya menunjukan batas atas menurun. Tes Rinne: Menunjukkan hasil positif. Tes Weber: Lateralisasi ke arah telinga dengan pendengaran lebib baik. Tes Schwabach : Hasil menuajukkan schwabach memendek (Sosialisman, dkk. 2007).
2.      Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat audiogram hantaran udara dan hantaran tulang. Kegunaan audiogram hantaran udara adalah untuk mengukur kepekaan seluruh mekanisme pendengaran, telinga luar dan tengah serta mekanisme sensorineural koklea dan nervus auditori. Audiogram hantaran udara diperoleh dengan memperdengarkan pulsa nada murni melalui earphone ke telinga. Kegunaan audiometri hantaran tulang adalah untuk mengukur kepekaan mekanisme sensorineural saja. Audiogram hantaran tulang diperoleh dengan memberikan bunyi penguji langsung ke tengkorak pasien menggunakan vibrator hantaran tulang. Dua
pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara tuli sensorineural atau tuli konduktif (Sosialisman, dkk. 2007).

E.     Diagnosa Banding
1.   Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi (Timothy, 2002).
2.   Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga (Timothy, 2002).
F.      Komplikasi
Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media kronik, pseudokista.Pengobatan dengan antibiotika sering gagal.Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut.Selain itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi (Timothy, 2002).

G.    Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial dan untuk mencegah reakumulasi.Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma, namu kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan khusunya pada konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus diatas dental roll atau materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma. Para pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada saat berlatih (Mansjoer Arif, 2001).
Indikasi :
·       Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari pinna.
·      Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis) (Mansjoer Arif, 2001).
Kontra indikasi
·      Hematoma yang lebih dari 7 hari
·      Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan atau keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di subperichondrial) (Mansjoer Arif, 2001).
Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain (Timothy, 2002):
·      Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan antibiotic yang adekuat.
·      Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
·      Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan penekanan.
Instrumren dan bahan yang disediakan :
·      Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G
·      Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
·      Curved hemostat (mosquito)
·      Penrose drain
·      Salep betadine
·      Betadin scrub
·      Kain kassa steril
·      2-0 nylon atau prolene
·      Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
·      Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
Bahan untuk penekanan
·      Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan elastic bandage
·      Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold), balut tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau benang prolen dan penekanan dengan gips.
Anestesi
·      Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan drainase.
·      Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun telinga.
·      Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.
Teknik yang digunakan
Aspirasi Jarum
·      Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma. Aspirasi sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
·      Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.
Insisi dan drainase
·      Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan heliks. Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma.
·      Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma dan tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehati-hatian karena dapat merusak perikondrium.
·      Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah.
·      Dilakukan irigasi dengan normal salin.
·      Pemasangan drain dilakukan pada kasus – kasus dengan hematoma yang sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien harus diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika tidak terdapat perdarahan yang signifikan.
Kompresi dan balut tekan
·      Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi hematoma.
·      Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana, diantaranya :
-          Letakkan kapas kering pada kanal eksternal
-          Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin atau vasselin)
-          Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.
-          Tutup telinga dengan kassa berlapis
-          Balut dengan perban elastic
-          Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian anterior dan posterior telinga (Timothy, 2002).
H.    Pencegahan
Menghindari factor-faktor yang memungkinkan terjadinya perdarahan pada aurikel baik itu trauma yang merupakan factor pencetus umumnya atau akibat gigitan serangga

I.       Prognosis
      Bila ditangani secara agresif dan segera, deformitas kembang kol telinga tidak mungkin. Keterlambatan diagnosis menyebabkan kesulitan lebih dalam mengelola masalah, meningkatkan kemungkinan untuk pasokan darah ke tulang rawan telinga, dan meningkat risiko deformitas.


                                                         BAB II
                        KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian

1.      Biodata
a.       Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dandiagnosa medis.
b.      Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c.       Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungandengan klien, dan status kesehatan.
d.       
2.      Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang: Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
b.      Riwayat Kesehatan Masa. LaluTanyakan pada klien dan keluarganya:

1)                  Apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini?
2)                  Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas
             tinggi,kejang?
3)                  Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan benda asing
             yangdapat mengakibatkan lesi (luka)?
4)            Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga?
5)            Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?
6)            Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga?
7)            Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau)?
4.      Pemeriksaan fisik
•Inspeksi
Pada hematoma aurikuler biasanya ditemukan benjolan pada aurikular bagian depan pada daerah cekungan, pembengkakan karena ada gumpalan darah, adanya perubahan bentuk pada telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya tampak massa berwarna ungu, kemerahan dan benjolan di aurikula (daun telinga)
• Palpasi
Kaji adanya nyeri tekan, benjolan di aurikula (daun telinga) dan adanya fluktuasi atau terasa kenyal.




B.     Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.
2.Ansietas derhubungan dengan krisis situasional.
3.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
4.Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme sekunder akibat incisi
C.     Rencana Tindakan
Dx1     : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… menit nyeri dapat teratasi atau terkontrol dengan kriteria hasil :
1)      Pasien melaporkan nyeri berkurang
2)      Skala nyeri tingkat ringan ( 0-3 )
3)      Wajah tidak meringis
4)      Tidak gelisah
5)      TTV stabil (suhu : 36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24 x/menit, tekanan darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri
1.      Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Rasional :Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
2.      Pantau tanda-tanda vital
Rasional :Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
3.      Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
Rasional :Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
1.      Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Rasional :Menurunkan nyeri
Dx 2 :        Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan :      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam kecemasan pasien berkurang hingga hilang dengan kriteria hasil :
·   Mengakui dan mendiskusikan rasa cemas
·   Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
·   Pasien tampak rileks dan melaporkan kecemasan berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
1.      Bina kerjasama pasien dengan keluarganya
Rasional :Pasien merasa lebih tenang bila dekat dengan keluarganya
2.      Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
Rasional : Indikator derajat ansietas atau stres, mis: pasien dapat merasa tidak terkontrol dirumah, kerja atau masalah pribadi. Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik, kondisi, juga kondisi lain.
3.      Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien atau orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.
4.      Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar pasien.
Rasional :Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
5.      Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan, mis: tirah baring, pembatasan masukan peroral, dan prosedur.
Rasional :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
6.      Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
Rasional :Memindahkan dari stres luar meningkatkan relaksasi: membantu menurunkan ansietas
7.      Pertahankan kontak sering dengan pasien
Rasional :Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
Dx3 :    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam diharapkan pasien tidak merasa malu terhadap penampilannya dengan kriteria hasil:
·         Pasien koperatif selama menjalani pemeriksaan
·         Menerima situasi secara konstruktif
Intervensi
Mandiri
1.      Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Rasonal :Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
2.      Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
Rasional :Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
3.      Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
Rasional :Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
Dx4 :   Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme sekunder akibat incise
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam diharapkan penyebaran infeksi dapat dikontrol dengan kriteria hasil :
·         Tidak terdapat tanda-tanda imflamasi
·         Tanda-tanda vital normal (suhu : 36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24 x/menit, tekanan darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri

    1. Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Rasional :Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
2.      Pantau tanda-tanda vital
Rasional :Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
3.      Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
Rasional :Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
    1. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Rasional :Menurunkan nyeri
 D.    Evaluasi
Dx1    :    Nyeri berkurang atau terkontrol
Dx2    :    Ansietas berkurang
Dx3    :    Pasien tidak merasa malu terhadap penampilannya
Dx4    :    Penyebaran infeksi dapat dikontrol




Tidak ada komentar:

Posting Komentar