BAB
I
KONSEP
MEDIS
A. Defenisi
Hematoma
adalah koleksi (kumpulan) darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi karena
dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah
telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma
mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar
dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan.
Hematoma
aurikuler adalah hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan
tertimbunnya darah dalam ruang antara perikondrium dan kartilago.. Perdarahan
daun telinga yang diikuti oleh pembengkakan dan orang yang beresiko 40% pada
atlet.
B.
Epidemiologi
Hematoma biasanya terjadi pada
remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan yang melibatkan kekerasan,
namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. 40% berpeluang terjadi
pada atlet. Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia
sekitar 22 laki-laki (100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang
(90%) sedang penderita diatas 50 hanya tahun 1 orang (5%) (Sosialisman, dkk.
2007).
Othematom
berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.Sedang
Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka.Lima orang (25%) menderita
perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan
hanya 16%. Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%) (Sosialisman, dkk.
2007).
A.
Etiologi
Hematoma aurikurel biasanya
disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Dimana taruma ini biasanya terjadi
olahraga yang berhubungan dengan kekerasan seperti tinju. Dengan adanya taruma
ini bisa menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium dan
kartilago. Jika terjadi penimbunan darah pada daerah tersebut, maka akan
terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massaa berwarna ungu
kemerahan. Darah yang tertimbun ini bias menyebabkan terputusnya aliran darah
ke kartilago sehingga dapat terjadi perubahan bentuk telinga. Selain karena
trauma, hematoma aurikula bisa juga disebabkan karena gigitan serangga. Dimana
gigitan serangga ini dapat menembus pembuluh darah dan dapat merusak pembuluh
darah yang ada di daun telinga sehingga bisa terjadi hematoma aurikula.
B.
Patofisiologi
Secara
normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang
mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan
jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi
berupa kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Buckingham
R.A, 2004).
Terjadi
3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan
makrofag, lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya
bergerak ketempat cedera dibawah pengaruh stimulus – stimulus kemotaktik. Bila
ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non spesifik bekerja untuk
mengeliminasi antigen tersebut.Bila ini berhasil, inflamasi akut
berhenti.Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun
spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut.Inflamasi berhenti apabila
usaha ini berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering
kali menyebabkan destruksi yang irreversible pada jaringan (Buckingham R.A,
2004).
C. Manifestasi
klinis
1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).
3. Ada/tidak ada rasa nyeri.
4. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
5. Ada rasa panas.
6. Kemerahan.
7. Benjolan di aurikula (daun telinga).
8. Fluktuasi/ kenyal
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
dengan Garpu Tala
Pada tes dengan
garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural. Tes Batas Atas & Batas
Bawah : Hasilnya menunjukan batas atas menurun. Tes Rinne: Menunjukkan hasil
positif. Tes Weber: Lateralisasi ke arah telinga dengan pendengaran lebib baik.
Tes Schwabach : Hasil menuajukkan schwabach memendek (Sosialisman, dkk. 2007).
2.
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan
audiometri nada murni terdapat audiogram hantaran udara dan hantaran tulang.
Kegunaan audiogram hantaran udara adalah untuk mengukur kepekaan seluruh
mekanisme pendengaran, telinga luar dan tengah serta mekanisme sensorineural
koklea dan nervus auditori. Audiogram hantaran udara diperoleh dengan
memperdengarkan pulsa nada murni melalui earphone ke telinga. Kegunaan
audiometri hantaran tulang adalah untuk mengukur kepekaan mekanisme
sensorineural saja. Audiogram hantaran tulang diperoleh dengan memberikan bunyi
penguji langsung ke tengkorak pasien menggunakan vibrator hantaran tulang. Dua
pemeriksaan
ini penting untuk membedakan antara tuli sensorineural atau tuli konduktif
(Sosialisman, dkk. 2007).
E. Diagnosa Banding
1.
Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang
menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi karena trauma akibat kecelakaan,
operasi daun telinga yang terinfeksi (Timothy, 2002).
2.
Pseudokista
Terdapat benjolan
didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga (Timothy, 2002).
F. Komplikasi
Bila
tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis.
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat
trauma, pasca operasi telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga,
otitis eksterna kronik, otitis media kronik, pseudokista.Pengobatan dengan
antibiotika sering gagal.Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan hancur
dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut.Selain itu bisa
juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi (Timothy,
2002).
G. Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial dan untuk
mencegah reakumulasi.Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma, namu
kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi
dan drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan
balutan tekan khusunya pada konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila
membuat jahitan menembus diatas dental roll atau materi serupa. Terapi paling
baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma. Para
pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada saat
berlatih (Mansjoer Arif, 2001).
Indikasi :
·
Anterior
aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari
pinna.
·
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma
(setelah 7 hari , pembentukan jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur.
Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis) (Mansjoer Arif, 2001).
Kontra indikasi
·
Hematoma yang lebih dari 7 hari
·
Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam
kasus ini, buja debridement bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena
hematom, granulasi jaringan atau keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan
dan bukan di subperichondrial) (Mansjoer Arif, 2001).
Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun
telinga antara lain (Timothy, 2002):
·
Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan
setelah aspirasi penting diberikan antibiotic yang adekuat.
·
Pemantauan yang ketat diperlukan untuk
memastikan hematom tidak berulang kembali dan dapat berkembang terbentuknya
deposit fibrous ataupun infeksi.
·
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi
atau insisi perlu dilakukan penekanan.
Instrumren dan bahan yang disediakan :
·
Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G
·
Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
·
Curved hemostat (mosquito)
·
Penrose drain
·
Salep betadine
·
Betadin scrub
·
Kain kassa steril
·
2-0 nylon atau prolene
·
Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
·
Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
Bahan untuk penekanan
·
Balut tekan sederhana : kapas kering, kass
dengan vasselin, kassa dengan elastic bandage
·
Balut tekan khusus : dental rolls (cotton
bolsters, slicon slint, plaster mold), balut tekan dengan kancing banjo
yang difiksasi dengan nilon atau benang prolen dan penekanan dengan gips.
Anestesi
·
Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1%
dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara
langsung pada daerah yang akan diinsisi dan drainase.
·
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain
tanpa disertai pemberian agen vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian,
beberapa literature menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada
lokasi seperti hidung dan daun telinga.
·
Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan
betadine dan alcohol, dapat juga digunakan betadine scrub, dengan anestesi
local lidokain 1%.
Teknik yang digunakan
Aspirasi Jarum
·
Walaupun secara luas masih sering digunakan,
metode ini tidak lagi direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi
hematoma. Aspirasi sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan
penanganan yang lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih
dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
·
Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi
darah dari daerah yang paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.
Insisi dan drainase
·
Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa
sejajar dengan heliks. Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh
hematoma.
·
Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan
perikondrium dari hematoma dan tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran
hematoma. Perlu kehati-hatian karena dapat merusak perikondrium.
·
Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena
keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan
darah.
·
Dilakukan irigasi dengan normal salin.
·
Pemasangan drain dilakukan pada kasus – kasus
dengan hematoma yang sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada
drain dan dapat pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan
drain, pasien harus diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24
jam jika tidak terdapat perdarahan yang signifikan.
Kompresi dan balut tekan
·
Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan
kompresi dengan balut tekan. Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan
dapat menyebabkan reakumulasi hematoma.
·
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan
berbagai cara metode sederhana, diantaranya :
-
Letakkan kapas kering pada kanal eksternal
-
Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang
lembab (yang telah direndam dengan salin atau vasselin)
-
Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang
telinga sebagai tampon pada bagian posterior, potong kassa menjadi bentuk V,
sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.
-
Tutup telinga dengan kassa berlapis
-
Balut dengan perban elastic
-
Pemasangan balut tekan khusus pada konka,
seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian anterior dan posterior
telinga (Timothy, 2002).
H. Pencegahan
Menghindari factor-faktor yang
memungkinkan terjadinya perdarahan pada aurikel baik itu trauma yang merupakan
factor pencetus umumnya atau akibat gigitan serangga
I. Prognosis
Bila ditangani secara agresif dan segera, deformitas
kembang kol telinga tidak mungkin. Keterlambatan
diagnosis menyebabkan kesulitan lebih dalam mengelola masalah, meningkatkan
kemungkinan untuk pasokan darah ke tulang rawan telinga, dan meningkat risiko
deformitas.
BAB
II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas klien meliputi nama,
umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dandiagnosa medis.
b.
Identitas orang tua yang terdiri
dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama,
dan alamat.
c.
Identitas saudara kandung
meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungandengan klien, dan status kesehatan.
d.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya
nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh karena
adanya penumpukan serumen
atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang
disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang: Waktu kejadian,
penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian,
pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
b. Riwayat Kesehatan Masa. LaluTanyakan pada klien dan keluarganya:
1)
Apakah klien dahulu pernah
menderita sakit seperti ini?
2)
Apakah sebelumnya pernah menderita
penyakit lain, seperti panas
tinggi,kejang?
3)
Apakah klien sering mengorek-ngorek
telinga dengan benda asing
yangdapat mengakibatkan lesi
(luka)?
4) Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga?
5) Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?
6) Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga?
7) Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau)?
4.
Pemeriksaan
fisik
•Inspeksi
Pada hematoma aurikuler biasanya ditemukan benjolan pada aurikular bagian depan
pada daerah cekungan, pembengkakan karena ada gumpalan darah, adanya perubahan
bentuk pada telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya tampak
massa berwarna ungu, kemerahan dan benjolan di aurikula (daun telinga)
• Palpasi
Kaji adanya nyeri tekan, benjolan di aurikula (daun telinga) dan adanya
fluktuasi atau terasa kenyal.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan.
2.Ansietas
derhubungan dengan krisis situasional.
3.Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
kehilangan bagian tubuh.
4.Resiko
infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme sekunder
akibat incisi
C.
Rencana
Tindakan
Dx1
: Nyeri berhubungan dengan
trauma jaringan
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… menit nyeri
dapat teratasi atau terkontrol dengan kriteria hasil :
1)
Pasien melaporkan nyeri berkurang
2)
Skala nyeri tingkat ringan ( 0-3 )
3)
Wajah tidak meringis
4)
Tidak gelisah
5)
TTV stabil (suhu : 36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24
x/menit, tekanan darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri
1.
Observasi dan catat keluhan lokasi
beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Rasional
:Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan
atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
2.
Pantau tanda-tanda vital
Rasional
:Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
3.
Ajarkan untuk menggunakan teknik
relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau
membaca buku
Rasional
:Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian
dan dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
1.
Pemberian obat analgetik sesuai
indikasi
Rasional
:Menurunkan nyeri
Dx
2 : Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam
kecemasan pasien berkurang hingga hilang dengan kriteria hasil :
· Mengakui dan mendiskusikan rasa cemas
· Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
· Pasien tampak rileks dan melaporkan kecemasan berkurang
sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi
:
1.
Bina kerjasama pasien dengan
keluarganya
Rasional :Pasien merasa lebih tenang bila dekat dengan
keluarganya
2.
Catat petunjuk perilaku, mis:
gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik
perhatian.
Rasional
: Indikator derajat ansietas atau stres, mis: pasien dapat merasa tidak
terkontrol dirumah, kerja atau masalah pribadi. Stres dapat terjadi sebagai
akibat gejala fisik, kondisi, juga kondisi lain.
3.
Dorong menyatakan perasaan. Berikan
umpan balik.
Rasional
: Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien atau orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.
4.
Akui bahwa ansietas dan masalah
mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar
pasien.
Rasional :Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu
menurunkan stres.
5.
Berikan informasi yang akurat dan
nyata tentang apa yang dilakukan, mis: tirah baring, pembatasan masukan
peroral, dan prosedur.
Rasional
:Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan ansietas.
6.
Berikan lingkungan tenang dan
istirahat.
Rasional
:Memindahkan dari stres luar meningkatkan relaksasi: membantu menurunkan
ansietas
7.
Pertahankan kontak sering dengan
pasien
Rasional :Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
Dx3 : Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam
diharapkan pasien tidak merasa malu terhadap penampilannya dengan kriteria
hasil:
·
Pasien koperatif selama menjalani
pemeriksaan
·
Menerima situasi secara konstruktif
Intervensi
Mandiri
1.
Dorong pasien untuk mengekspresikan
perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Rasonal :Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang
tidak biasa
2.
Catat prilaku menarik diri.
Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
Rasional
:Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan
terapi yang lebih ketat.
3.
Pertahankan pendekatan positif
selama aktivitas perawatan
Rasional
:Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik
tentang diri sendiri.
Dx4
: Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme
sekunder akibat incise
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam
diharapkan penyebaran infeksi dapat dikontrol dengan kriteria hasil :
·
Tidak terdapat tanda-tanda imflamasi
·
Tanda-tanda vital normal (suhu :
36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24 x/menit, tekanan
darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar